refresh your mind...

Rabu, 13 Januari 2010

buah tangan khas Lampung



Terkadang ketika kita mengunjungi suatu daerah/tempat wisata, kita mungkin dihadapkan oleh ’kewajiban’ untuk membeli buah tangan khas daerah tersebut untuk sanak keluarga dan teman. Sebagai destinasi wisata yang kini sedang berkembang pesat, sepertinya warga Lampung menangkap peluang ini. Sulitnya menemukan tempat penjualan buah tangan yang cukup terpusat sepertinya tidak kita temui bila melancong ke Lampung, khususnya Bandar Lampung sebagai ibukota propinsi. Sebagai informasi Lampung sangat terkenal dengan produk olahan Pisang dan Ikan. Ragam dan jenisnya begitu banyak.


Toko buah tangan di Kota Bandar Lampung umumnya tersebar di pusat kota, umumnya terletak di sekitar daerah Pasar Bambu Kuning, Way Halim, atau byPass. Toko yang sangat terkenal dan biasanya menjadi rujukan untuk para pelancong adalah Toko Yen Yen yang terletak di daerah Teluk Betung. Beralamat di Jl. Ikan Kakap No. 86. Teluk Betung. Satu baris dengan Vihara/Klenteng Thay Hin Bio yang bercat merah. Tokonya berbentuk ruko namun tidak terlalu besar dengan plank bergambar ayam hutan. Toko ini menjadi Istimewa karena menjual oleh-oleh dengan rasa yang sudah terbukti dengan harga yang terjangkau dengan mayoritas merk sendiri yaitu ’Yen Yen’. Oleh-oleh yang terkenal dari toko ini antara lain adalah:

· Keripik Pisang beraneka rasa (Coklat, Mocca, Susu, Strawbery, keju, Manis karamel, Melon, dan natural) harganya sekitar Rp 8ribu/9 Ribu untuk kemasan kantung kertas bewarna coklat atau 17ribuan untuk kemasan kotak;

· Kerupuk Kemplang merek Ango yang tersohor (karena lebih terasa ikannya dengan sambal yang lezat) dihargai Rp. 4500 untuk untuk kemasan bungkus kecil;

· Aneka macam produk olahan pisang (pisang oven yang enak, sale pisang basah, dan sale pisang kering yang crispy);

· Aneka keripik (nangka dan nanas kudu dicoba seharga belasan ribu);

· Aneka kerupuk dari bahan ikan Tenggiri mulai dari 10 rb atau Belida seharga 20 rb perbungkus;

· Keripik ikan siap santap (rasa pedas-manis) seharga 10rb;

· Keripik cumi dan udang seharga 20ribuan;

· Belacan/terasi;

· Aneka Kopi Lampung (dari harga 9ribuan hingga diatas 100rb untuk sekantung Kopi Luwak yang fenomenal);

· Yang paling terkenal adalah produk sambalnya yakni Sambal Lampung dan Sambal Terasi Udang seharga belasan ribu yang pedas asli.


Bagi yang meragukan rasa dari oleh2 yang akan dibeli, disediakan tester (jika tidak ada, bisa ditanyakan). Selain itu banyak toko-toko buah tangan khususnya makanan khas Lampung yang berada disekitar Toko Yen-Yen yang juga lengkap dan enak yang bisa menjadi alternatif rujukan bagi pelancong jika dirasa Toko Yen Yen terlalu padat pengunjung.

Pantai Mutun, mutiara Lampung yang tersembunyi

Kali ini angin berhembus ke suatu tempat di pesisir selatan Pulau Sumatera, tepatnya di suatu Pantai yang bernama Pantai Mutun. Mendengar nama tersebut, terasa cukup asing di telinga, bagi para pelancong yang mengunjungi Lampung biasanya lebih memilih Pantai Pasir Putih sebagai tujuan wisata pantai mereka. Pasir putih memang memang sudah terkenal dengan keindahannya, dengan akses yang mudah karena letaknya yang tepat di sisi Jalan Lintas Sumatera / byPass, tak heran bila selama ini dijadikan primadona. Namun, pada waktu tertentu khususnya di musim liburan, Pasir Putih sangat padat pengunjung akibatnya akses jalan menjadi sangat padat. Bosan dengan kemacetan dan kepadatan, gue n kakak gue memutuskan menjadikan Pantai Mutun sebagai tujuan berikutnya. Hanya berbekal informasi seadanya dari internet. Di pagi hari sekali, gue n my siss bersiap diri menuju TKP, pada hari Jumat di bulan Desember 2009. Mobil menuju arah Teluk Betung, tidak sulit karena rambu-rambu penunjuk arah sudah disediakan dengan baik. Berbekal tanya sana-sini, nama Pantai Mutun ternyata sudah sangat terkenal di kalangan warga Lampung khususnya warga Teluk Betung, Info yang gue peroleh lokasi Pantai Mutun terletak setelah kita melintasi daerah Lempasing.



*Tips2:


Melintasi daerah Lempasing kita disuguhi oleh bentang alam yang Indah, di sisi kanan dan kiri kita diperlihatkan pemandangan perbukitan yang sedikit terkelupas sehingga menunjukkan susunan batuannya yang bercorak unik. Jalannya tidak menanjak atau menurun, dengan rute melintasi kaki bukit dapat dikatakan rute yang cukup aman, diaspal dengan baik tapi cenderung kurang lebar jalannya.


*Tips2:

  • Bagi yang ingin mengisi bahan bakar, terdapat SPBU Pertamina modern di daerah Lempasing, berada di sisi kiri jalan. Tersedia fasilitas Toilet dan Super Market. Sempatkan berfoto disana dengan latar bukit yang indah (posisi yang sangat bagus untuk berfoto)
  • Matikan AC buka jendela mobil, udara pagi disini sangat segar dan sejuk (itung2 Hemat BBM hahaha...)


Setelah melewati sejumlah Pantai Wisata dan Hotel kelas menengah, mata kita pasti tertuju pada kompleks pemakaman warga Tionghoa, unik karena makam-makam tersebut terletak di sisi perbukitan terjal yang menghadap ke laut. Terlihat cantik karena dihiasi ornamen khas tionghoa. Selepas dari kompleks pemakaman ini, setelah melewati satu tanjakan dan turunan yang sisinya sangat asri, laju mobil sebaiknya diperlambat karena harus memperhatikan keberadaan pintu masuk Pantai Mutun disisi kiri jalan (terdapat papan reklame kecil Pantai Mutun, sayangnya papan reklame Pantai Mutun hanya ada satu, dapat dikatakan minim informasi). Memasuki jalan kecil menuju Pantai Mutun, kita harus berkendara dengan hati-hati, karena masih sekitar 1 -2 km dari titik persimpangan awal tadi dengan rute yang menanjak dan menurun. Kondisi jalannya kurang baik, dijamin sedikit menghela nafas dan jantung akan berdegup kencang karena lebar jalan sangat sempit hanya cukup 1,5 mobil untuk 2 arah (kebayang kan...).


*Tips2:

  • Terdapat jalan alternatif untuk menghindari rute konvensional yang sarat tanjakan dan turunan curam yaitu melalui rute mengitari bukit. Lokasinya + 500-700 m dari pintu masuk, terdapat pertigaan jalan belok kiri (jika lurus adalah rute konvensional), ikuti jalan tersebut, ampunnn jalannya lebih ancurrr, serasa Off Road (Sedan not Recomended). Saat tampak Galangan Kapal di tepi pantai, mobil diarahkan berbelok kanan menuju lokasi Pantai Mutun.

Akhirnya tiba juga di Pantai Wisata Mutun, Kita langsung dsambut pemandangan khas pantai tropis, terlihat sangat indah dihiasi dengan gazebo tradisional... yang membuat gue heran, pantai dengan lokasi terpencil seperti ini, terlihat sangat ’hidup’, karena terbukti tempat parkir sarat dengan mobil. Satu kata yang terucap dibibir gue yakni ’IMPAS’ setelah melewati perjuangan di jalan konvensional, pemandangan pantai Mutun luar biasa indah, hamparan pasirnya sangat putih dan airnya sangat jernih bewarna kebiruan. Pucuk pohon nyiur melambai-lambai seakan menyambut kehadiran gue *lebay. memasuki lokasi kita diharuskan membeli tiket dengan tarif sebesar Rp 30rb (hanya mobil yang dikenakan). Setelah memarkir mobil dengan baik dan rapi, serta-merta gue langsung berganti pakaian, ciaatttt langsung nyeburrrrrrr. karena terbilang masih cukup pagi, matahari belum menyengat dan suasana belum terlalu ramai (mmm sepertinya strategi berangkat subuh cukup berhasil), my Siss memutuskan hanya bermain air dengan menyewa kano kapasitas dua orang.



*Tips2:

  • Untuk menyewa kano dikenakan tarif Rp 15rb/20rb untuk kano kapasitas satu orang, Rp. 30rb untuk kano kapasitas dua orang. Tarif berlaku untuk 1 jam permainan (Teori), prakteknya maen sepuasnya ketentuan berlaku (baca: jangan ditanya ke abanknya). Hati-hati menabrak orang yang berenang (menghindari kasus yang serupa wkakaka)
  • Untuk bermain Banana Boat, di bandrol tarif Rp. 25rb perorang. Banana Boat baru akan beroperasi kalau kita berhasil mengumpulkan minimal 4 orang, tenang saja banyak peminatnya kok, saatnya SKSD dijalankan.... 15 menit terasa ampuh membuat kita menambah asupan mineral dari air laut.... aaaaaaaaaaaccchhhh .....slrepppppp byurrrr glek..glek... (kejebur.com)
  • Bagi yang ingin naik perahu dikenakan tarif 5rb perorang, jika kita ingin bermain air di Pulau Tangkil (pulau terdekat di mata, 500 m-an jaraknya), si Abank siap mengantar-jemput kita dengan kesepakatan waktu. Konon, Pulau tangkil, lebih indah dengan perairan tenang (maaf egk kesana).
  • Selain itu bisa bermain Flying Fox atau sekedar bermain layang2.
  • Untuk menyewa Gazebo, dikenakan tarif Rp 35rb untuk beberapa jam.
  • Bagi yang membawa anak-anak, terlebih balita, harus diperlengkapi perangkat keselamatan (ban dan baju pelampung, dapat disewa), karena antara batas perairan ’cetek’ dan ’dalem’ pergantiannya sangat ekstrim, Waspadalah... Waspadalah...


Setelah puas dengan bermain air selama berjam-jam (*anak2 mode on*), dan sudah berbilas dengan air tawar di toilet dengan tarif 2rb perak. Saatnya pulang beroffroad ria, melintasi rute yang berbeda dari rute konvensional tadi... karena gue pikir pastinya kalau pulang melewati rute konvensional, pastinya mobil gue akan sering berhadap-hadapan dengan mobil-mobil di lain arah, dan itu akan sangat merepotkan. Menyisir sedikit perkampungan nelayan, berbelok ke kiri tepat di depan Galangan Kapal, mobil berayun-ayun kencang di jalanan yang tidak mulus... perjalanan panjang yang sulit, tidak dapat menafikan kesenangan yang gue peroleh. satu hal yang gue dapat dari Pantai Mutun, refreshing......


Anyer adalah Legenda



Mendengar kata Anyer, pikiran gue langsung melayang membayangkan sebuah tempat wisata yang amat sering didengar sejak zaman sekolahan, lazim digunakan sebagai destinasi acara perpisahan murid-murid sekolah. Walaupun sudah sekian kali mendengar nama Anyer, namun hanya pada satu kesempatan gue baru bisa mengunjungi tempat yang namanya sudah sangat tersohor itu, alias enggak diniatin untuk pergi kesana. alasannya satu, karena dalam benak gue selama ini ‘meyakini’ bahwa masih banyak pantai untuk sekedar celup-celup kaki atau bermain air yang dekat dengan domisili di Jakarta seperti Ancol (yang mmmm maaf…) dan pantai-pantai yang tersebar di Kepulauan Seribu. Hingga saat itu tiba, gue ditugasin oleh kantor untuk hadir di Anyer dalam rangka seminar, sehingga gue pikir pastinya cukup ada sisa waktu untuk rencana menyegarkan pikiran menikmati cerita indahnya Anyer .

Pada bulan Desember 2009, saat itu tiba (*jrenk..jrenk.. ), Perjalanan panjang harus gue tempuh dengan melintasi Tol Jakarta-Merak yang panjangnya mencapai hingga 100 km-an. Panjang, lurus, dan melelahkan.. tapi hal tersebut rasanya cukup terbayar setelah melewati batas Karawaci (di sekitar Km. 40-an), viewnya lebih ‘kampoeng’ dengan hamparan sawah yang luas membentang lengkap dengan kesibukan para petani, saluran irigrasi yang jarang banget kita lihat, dan rel KA berkarat namun terlihat eksotik...


* Tips2 :

  • Mengingat jalan tol Jakarta-Merak yang tidak mulus, (data desember 2009 :p ), dan lazim terlihat perbaikan jalan, so kudu kita harus hati-hati (meski rambu peringatan akan perbaikan jalan sudah sangat baik) dengan mengikuti rambu-rambu tersebut, Insya Allah, aman... Truk-truk besar umumnya berjalan disisi kanan perbaikan, sebaiknya mobil kita berjalan di sisi lainnya, karena truk-truk tersebut jalannya lambat dan muatannya yang menjulang bisa membahayakan keselamatan.
  • Bagi kita yang merasa lelah berkendara atau kehabisan bahan bakar, kita bisa mampir di tempat-tempat peristirahatan, ada sekitar 3 tempat peristirahatan (kalo enggak salah) di sepanjang Tol Jakarta-Merak. Yang pertama, + 1 Km setelah Pintu Tol pertama. Yang kedua letaknya di km 40-an, highly recomended, kenapa??? Karena tempatnya cukup bersih, dilengkapi SBU Pertamina modern, dan tempat makan yang enak. Ada 1 restoran khas sunda Banten (sorry lupa namanya, letaknya di sebelah kiri), ada sistem paket yang ekonomis, tinggal dipilih Nasi+Sayur Asem+Ikan Pepes/Ikan Goreng/Ayam Goreng+lalap+sambal. Karena gue kurang suka ikan, gue lebih memilih Ayam Goreng. Harganya kisaran 20ribua-an (normallah...), yang istimewa adalah Sayur Asemnya, baru kali ini gue makan sayur asem yang terasa segerrr banget, warnanya pucat kemerahan, wangi ebi, sayurannya seperti labu, kacang panjang, dan daun-daunannya dibuat setengah matang (gigitannya terasa beda). Untuk minuman, segelas air teh Lemon terasa sangat menyegarkan dengan pengaduk unik dari batang serai lengkap dengan potongan jeruk nipis, sebaiknya minuman ini saja yang dipilih, selain enak harganya lebih murah. Sebelum beranjak, ada baiknya disempatkan membeli cemilan tahu sumedang dengan Cabai Rawit Made In Banten yang super pedesss untuk dinikmati di dalam mobil dan Es Cendol dari bahan alami, harganya terbilang standar... cek Kulkas, lhooo.. @_@.


Sumber: www.vespamaker.co.cc/2009_01_01_archive.html


Di sekitar Km 90-an mobil kudu bersiap keluar pintu tol, tepatnya di exit toll Cilegon Barat. Disambut dengan Reklame Hotel Marbella nyang guede (tujuan menginap gue), lengkap dengan informasi jarak yang kira-kira + 17 km lagi *tape deh.... Lepas dari pintu tol, stir mobil musti berbelok ke sebelah kiri menuju arah kota Cilegon. Setelah melintasi jalan bergelombang dengan pagar yang naik-turun disisi kanan. Di lampu merah pertama berbelok ke kanan menuju kawasan industri (lengkap bett... bcause kudu hati-hati keterusan sampai ke Cilegon). Heran karena minim petunjuk, berbekal kepede’an akhirnya ketemu juga satu lagi reklame cilik Marbella yang tampak sudah usang dan pudar (jangan ragu untuk bertanya). Setelah berjalan beberapa km (dgn pemandangan Industri abiezzz) akhirnya melintasi juga jalan Anyer yang sangat tersohor dan bersejarah itu (baca: Jalan Raya Anyer-Panarukan yang dibuat pada zaman pemerintahan Daendles yg mengorbankan ribuan nyawa), jalannya tidak begitu lebar, hanya cukup untuk 2 mobil besar, namun sepertinya diaspal dengan material yang cukup baik. Suasananya teduh dan asri, sontak terlintas di pikiran gue ikut merasakan getirnya pembuatan jalan ini. Pemandangan disisi kanan tampak hamparan pantai, sayangnya mayoritas sudah ’dikapling-kapling’ sebagai pantai pribadi oleh hotel dan resort yang enggak ada habisnya, mulai dari kelas melati-hingga berbintang dengan tema bangunan dan tarif yang beragam.


*Tips2:

  • Bagi yang ingin menikmati Durian, belilah yang dijajakan oleh bapak-bapak tua yang banyak terdapat di pinggir jalan yang melintasi keramaian di dekat alun-alun, Durian dibandrol berkisar dari harga 15-25 ribu-an. Minta tolong dibukakan jalurnya sehingga memudahkan untuk membelahnya kelak di masa depan wkakaka.. sekaligus memastikan rasa dari durian yang kita beli.
  • Bagi yang ingin menikmati suasana berbeda dalam menyantap Durian. Dapat disantap sambil menikmati ditemani semilir hembusan angin laut di pinggir pantai. Terdapat beberapa pantai wisata yang dapat dipilih. Kebetulan pada pantai wisata yang gue pilih dikenakan tiket yang cukup mahal yaitu 30 ribu untuk 1 mobil. Tempatnya tidak terlalu bagus, tapi dengan latar belakang sebuah bangunan mercusuar peninggalan zaman kolonial (Top deh...) dan pandangan langsung ke Gunung Krakatau, terasa impas pas... sebagai informasi, biasanya pantai wisata menyediakan gubuk-gubuk atau gazebo istilah kerennya, sarana bermain anak-anak, jajanan (otak-otak ikan aseli), toilet, dan parkir yang luas cukup untuk beberapa bus.

Setelah puas komat-kamit ngucapin kalimat ’neh kapan nyampenya...’ akhirnya segerembolan bangunan megah menjulang tinggi terlihat. Marbella terletak disisi kanan jalan, tampak dari luar tidak terlalu istimewa. Dengan gaya arsitektur mediterania, Marbella terlihat lebih mirip apartemen-apartemen di Moroko. Pernah membaca sebuah testimonial tentang kekecewaan seorang tamu di Marbella tentang kondisi fisik dan pelayanan di Marbella. Kesan pada menit pertama, testimonial tersebut gugur, karena kamar yang gue tempati cukup nyaman dan bersih. Dengan view pantai yang indah. Yang membuat gue kagum adalah penataan taman dan kolam renangnya patut diacungi jempol, indah bangettt. Ada sedikit kekurangannya, AC dalam kamar terasa kurang dingin, air dari shower kamar mandi terasa kurang bertenaga, dan sandal hotel yang tidak ada. Sajian makan malam cukup enak, namun bukan sesuatu yang Wouw... Dalam skala 1-10, gue beri nilai 8 untuk Marbella (no hurt feeling buat penginapan lain, wong belum dicoba hehehe).


* Tips2:

  • Menikmati sunrise atau sunset, sangat indah apabila dinikmati dari sisi serambi yang disediakan Marbella, romans-romans gimana gethu..
  • Bagi yang ingin bermain dan berolahraga air, bisa mencoba Banana Boat dan Jet Ski dengan harga yang standar.
  • Banyak souvenir khas pantai yang dapat dibeli di lapak-lapak pedagang yang berjejer di sepanjang pantai, tawar abiezzz Gan (www.tega.com)
  • Bagi yang ingin menggunakan sarana transportasi umum, ada angkot yang melintasi Jalan Raya Anyer (agak ribet karena harus menyambung angkot dari kota Cilegon).


Tiba saatnya pulang kembali ke rutinitas khas kota besar dengan hiruk-pikuknya. Perjalanan pulang ditempuh lebih cepat karena jalan tol sisi arah Merak-Jakarta lebih minim perbaikan. Gue enggak bisa menilai Anyer patut menjadi tujuan wisata atau tidak. Apalagi menyarankan atau melarang. Keputusan kembali kepada anda *basi mode on..., next, kita tunggu angin bertiup kemana....


* Tips2:

  • Bagi yang membeli oleh-oleh khas Banten dapat membelinya di toko oleh-oleh yang banyak dijajakan di pinggir jalan di sisi kanan maupun kiri. sekedar info, Banten sangat terkenal dengan produk olahan emping melinjonya dan sate bandeng (kalau egk dapat, mbokya mampir ke kota Cilegon).

Monas kini yang lebih bersahabat


Mungkin tulisan ini terlihat agak sedikit 'norak' bagi warga Jakarta lainnya. Jujur, pengalaman gue menelusuri tempat-tempat wisata di kota kelahiran sendiri, nyaris jarang banget sejak jalan-jalan terakhir pada saat di bangku sekolah. Alasannya satu yakni rasa bosan. Apalagi setelah bekerja, hiruk pikuk dan kesibukan Kota Jakarta yang gue lihat sehari-hari, membuat gue malas untuk mengunjungi tempat wisata di Jakarta yang ’riweh’ di akhir pekan. Andaipun keluar rumah, gue lebih memilih untuk menyegarkan pikiran di mall, hanya untuk sekedar berburu kebutuhan sehari-hari, sale, ataupun sekedar berbincang dengan sahabat sambil menyeruput secangkir kopi panas.

Hingga di awal tahun 2009, gue tanpa sengaja membuka file picture di Laptop milik kakak gue, disana terpampang foto Monumen Nasional atau yang lebih dikenal dengan Monas. Meskipun diambil melalui kamera digital biasa dari ruangan kantor tempat kakak gue bekerja, look so professional, Monas terlihat keren. Timbul pertanyaan di dalam hati gue, 'Monas seperti inikah sekarang, are u seriouss?, Monas terlihat lebih indah, metropolitan abiez n icon banget. Gue melihat sisi lain dari Monas, bukan hanya sekedar monumen bersejarah saja yang kental akan makna simbolisnya, melainkan juga sebuah monumen yang sangat hijau, monumen yang “Go Green” istilah kerennya. Mungkin bisa dikatakan 11-12 dengan Central Park di New York yang sempat gue browse gambarnya di internet.

Monas kini lebih bersahabat, hal itu yang gue rasakan saat menginjakkan kaki kembali di pelataran Monas, hitung-hitung sebagai ajang pembuktian atas kebenaran foto tersebut. Rasanya seperti orang yang baru pertama kali ke Monas, beda banget. Dengan niat menghirup udara pagi yang segar, gue menemukan sebuah taman yang kini tertata lebih apik dan bersih dengan pemandangan kolam-kolam besar. Berbagai jenis tumbuhan dan bunga-bunga cantik bahkan langka menghiasi hampir semua pelataran Monas. Semakin menjelajahi setiap jengkal jalan setapak yang ada di Taman Monas, semakin menarik apa yang gue lihat walaupun semua ini tidak dikenakan biaya (Baca: Gratisan). Tumbuhan langka, bahkan hingga yang mengandung racun seperti Bintaro diinformasikan secara lengkap. Puluhan Burung Merpati bercengkrama liar namun sepertinya dipelihara dengan baik, layaknya taman-taman di Eropa ataupun Amerika Serikat yang sering kita lihat di layar televisi. Bagi yang lelah berjalan, disediakan mobil kereta dengan tampilan yang unik secara gratis (cat: Hari Libur). Sungguh Monas memanjakan para pengunjungnya.

Selanjutnya, setelah puas menikmati udara segar di Taman Monas, dengan hanya membeli tiket masuk sebesar Rp. 2.500 untuk sampai di bagian cawan saja atau Rp 7.500 untuk mencapai ke puncak monas, gue memutuskan untuk naik hingga ke puncak Monas. Namun, sebelumnya gue menelusuri bagian lain yang terdapat di dalam Monas, yaitu ruang sejarah perjuangan nasional yang menceritakan sejarah zaman kehidupan nenek moyang Bangsa Indonesia. Selain itu terdapat ruang yang menyimpan simbol-simbol kemerdekaan Indonesia bernilai sejarah tinggi yang diantaranya adalah naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia lengkap dengan suara asli sang proklamator dibingkai dengan gapura keemasan. Mungkin dulu terasa membosankan bagi gue, namun sekarang ruangan-ruangan tersebut ditata dengan baik dan nyaman bagi pengunjung. Saat pintu elevator terbuka di puncak Monas, pemandangan terasa lebih indah dibandingkan dari balik jendela kantor gue sehari-hari, karena hembusan angin terasa segar. Jakarta dari berbagai sisi dapat kita lihat dari puncak Monas, mulai dari kawasan perkampungan kumuh, bentang gunung di sisi selatan, dan yang paling indah adalah ratusan pencakar langit dengan arsitektur modern khas kota metropolitan. Itulah uniknya Jakarta, terasa lengkap dalam berbagai lini kehidupan, dan keunikan tersebut dapat kita lihat secara lengkap dari atas puncak sebuah monumen bersejarah.

Berbekal pengalaman mengunjungi Monas, ternyata gue disadarkan bahwa kehidupan perkotaan yang bergerak sangat dinamis ini sebaiknya diselingi oleh suatu hal yang dapat menyegarkan jiwa. Diantaranya mengunjungi tempat-tempat indah disekeliling kita, tidak perlu selalu mengeluarkan biaya besar, bisa dimulai dari tempat terdekat seperti taman-taman kota hingga tempat wisata di daerah lain apabila kita ingin lebih merasakan petualangan yang berbeda. Tak ayal, sejak saat itu, setiap akhir pekan, baik sendiri, maupun bersama saudara, atau teman selalu menyempatkan untuk menjelajahi kembali tempat-tempat wisata sambil berwisata kuliner di Kota Jakarta seperti Pantai Ancol, TMII, dan Kebun Binatang Ragunan yang kini terlihat lebih cantik dan bersih. Berdasarkan referensi yang gue peroleh, masih banyak tempat wisata lain di Jakarta yang kiranya perlu untuk dikunjungi diantaranya Perkampungan Betawi Setu Babakan, Wisata Kota Tua di daerah Kota Lama Glodok, Pulau Seribu, dan Wisata Taman Kota. Kini Jakarta terasa lebih indah dengan penataan objek wisata yang lebih baik dan teratur, Jakarta kini terasa lengkap karena melayani semua kebutuhan akan penyegaran jiwa melalui berbagai alternatif pilihan berwisata. Ayo jelajahi Jakarta dan rasakan Enjoy-nya Jakarta.